Cukup sulit untuk membayangkan sebuah dunia tanpa komunikasi mobile.
Akses internet nirkabel dipasang menyelimuti planet ini, persis seperti
halnya jaringan ponsel. Terdapat perkembangan eksplosif – praktisnya
selama tiga dekade terakhir – yang membawa [teknologi] mobile ke
pelosok-pelosok terjauh bumi. Tapi teknologi ini bukannya tanpa bahaya.
Gelombang mikro yang mengangkut bit dan paket data juga membawa kuman
pemusnah. Beberapa orang – sebanyak 120.000 warga California, dan 1 juta
orang Amerika – betul-betul tak bisa bekerja karena mengalami
incapacitating influence (efek yang melumpuhkan-penj) dari bunyi
hiruk-pikuk di ether ini.
Kita mungkin mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang tak beruntung yang menderita atas kemajuan yang berjalan – tapi pernahkah Anda mendengar tentang “canaries in the mines” (tanda bahaya-penj)? Mereka adalah orang pertama yang akan mati manakala akumulasi “gas tambang” yang berpotensi mematikan tapi tak terdeteksi mengancam nyawa penambang yang sedang bekerja di bawah tanah. Bagaimana jika 120.000 warga California itu dan 1 juta orang Amerika itu dan 10 juta orang di seluruh dunia ekuivalen maknanya dengan burung kenari di pertambangan? Bukankah kita mengabaikan keadaan buruk mereka sambil mempertaruhkan resiko kita sendiri?
Arthur Firstenberg, penderita [penyakit] yang oleh Rusia disebut “microwave sickness”, telah mengumpulkan fakta-fakta penting mengenai eksperimen biologis terbesar yang pernah ada ini, dalam sebuah artikel menarik yang dipublikasikan di Eldorado Sun.
Pada 2002, Gro Harlem Brundtland, kala itu pimpinan WHO, berkata kepada seorang jurnalis Norwegia bahwa ponsel dilarang di kantornya di Jenewa karena dia pribadi menjadi sakit apabila sebuah ponsel dibawa mendekat dalam radius 4 meter (13 kaki) dengan dirinya. Nyonya Brundtland adalah seorang dokter medis dan bekas Perdana Menteri Norwegia. Kabar sensasional ini, dipublikasikan 9 Maret 2002 di Dagbladet, diabaikan oleh surat kabar lain di seluruh dunia. Minggu berikutnya, Michael Repacholi, bawahannya dalam urusan Proyek EMF (electromagnetic field) Internasional, merespon dengan sebuah pernyataan publik yang menganggap kecil kerisauan bosnya. Lima bulan kemudian, atas alasan yang menurut dugaan banyak pihak terkait dengan keadaan ini, Nyonya Brundtland mengumumkan akan mengundurkan diri dari pos kepemimpinannya di WHO setelah sekali masa jabatan saja.
Tak ada yang lebih baik dalam mengilustrasikan schizophrenia kolektif kita ketika berpikir tentang radiasi elektromagnetik. Kita merespon mereka yang khawatir akan bahayanya – oleh sebab itulah ada Proyek EMF Internasional – tapi kita mengabaikan dan memarjinalisasi mereka, seperti Nyonya Brundtland, yang sudah benar-benar tidak tahan terhadap efeknya.
Sebagai konsultan mengenai efek kesehatan teknologi nirkabel, saya mendapat panggilan telepon yang secara umum bisa dibagi ke dalam dua kelompok utama: panggilan dari mereka yang khawatir belaka, yang akan saya sebut kelompok A, dan dari mereka yang sudah betul-betul sakit, yang akan saya sebut kelompok B. Saya terkadang berharap bisa mengadakan conference call besar dan mengajak kedua kelompok ini berbicara satu sama lain – perlu ada pemahaman yang lebih timbal-balik sehingga kita semua akan mencoba memecahkan masalah yang sama. Penelepon A, yang khawatir, umumnya bertanya pelindung jenis apa yang harus dibeli untuk ponselnya atau headset jenis apa yang harus dikenakan bersamanya. Terkadang ia ingin tahu berapa jarak yang aman dari menara ponsel. Penelepon B, yang sakit, ingin tahu pelindung jenis apa yang harus dipasang pada rumahnya, pengobatan medis seperti apa yang harus diperoleh, atau, semakin sering, pelosok negeri yang mana yang bisa ia pindahi untuk melarikan diri dari radiasi demi menyelamatkan hidupnya.
Yang berikut dirancang sebagai semacam permulaan: pertama, bantu setiap orang kurang lebih mencapai halaman yang sama, dan kedua, memecahkan beberapa kebingungan sehingga kita dapat membuat keputusan rasional menuju dunia yang lebih sehat.
Radio-wave Sickness
Sayangnya, pengguna ponsel bukan
satu-satunya yang terluka, kita tak boleh hanya khawatir tentang otak.
Ringkasan berikut disarikan dari banyak literatur ilmiah mengenai
efek-efek gelombang radio (spektrum lebih besar yang mencakup gelombang
mikro), bersama dengan pengalaman-pengalaman ilmuwan dan dokter di
seluruh dunia yang pernah menjalin kontak dengan saya.
Organ-organ yang sudah terbukti rentan terhadap gelombang radio meliputi paru-paru, sistem syaraf, jantung, mata, testis, dan kelenjar tiroid. Penyakit yang telah bertambah luar biasa dalam beberapa dekade terakhir, dan ada alasan bagus untuk mengaitkan dengan peningkatan radiasi secara masif di lingkungan kita, meliputi asma, sulit tidur, perasaan gelisah, attention deficit disorder, autisme, multiple sclerosis, ALS, alzheimer, epilepsi, fibromyalgia, sindrom keletihan kronis, katarak, hypothyroidism, diabetes, malignant melanoma (tumor kulit menular), kanker testis, serangan jantung, dan stroke pada kalangan muda. Radiasi dari menara gelombang mikro juga diasosiasikan dengan kematian satu per satu pohon hutan, kegagalan reproduksi dan penurunan populasi banyak spesies burung, dan kesehatan yang buruk dan cacat lahir pada hewan-hewan ternak. Literatur yang menunjukkan efek biologis radiasi gelombang mikro betul-betul banyak, mencapai puluhan ribu dokumen, dan saya heran para juru bicara industri berlepas diri dengan mengatakan bahwa teknologi nirkabel telah terbukti aman atau – menggelikan – tak ada bukti bahaya.
Saya telah melewatkankan satu penyakit dari daftar di atas: penyakit yang diderita Penelepon B dan juga saya. Sejarah singkat layak diceritakan di sini. Pada 1950-an dan 1960-an, para pekerja yang membangun, mengujicoba, dan memperbaiki peralatan radar mulai menderita penyakit ini, dalam jumlah besar. Begitu pula operator heater dan sealer gelombang mikro industri. Uni Soviet menyebutnya, memang pantas, radio wave sickness, dan mempelajarinya secara luas. Di Barat, eksistensinya disangkal sama sekali, tapi bagaimanapun para pekerja mulai mengidapnya. Pada 1981 diadakan rapat dengar pendapat saksi di kongres, dipimpin oleh Al Gore yang kala itu anggota Majelis Rendah, mengenai efek kesehatan heater dan sealer radio-frequency, episode lainnya dalam “Lihat, kami sedang melakukan sesuatu terkait hal ini”, meski tak ada yang dperbuat.
Hari ini, dengan perkembangbiakan masal transmiter pribadi dan menara radio, penyakit tersebut telah menyebar ke populasi umum seperti wabah. Estimasi privalensinya (kemerataannya) mencapai sampai 1/3 populasi, tapi jarang diakui hingga ia melumpuhkan seseorang sehingga tak bisa lagi berpartisipasi dalam masyarakat. Anda mungkin mengenali beberapa gejala umumnya: insomnia, pening, mual, sakit kepala, lelah, hilang ingatan, sulit konsentrasi, depresi, sesak dada, telinga mendenging. Pasien juga mungkin mengalami masalah medis seperti infeksi pernafasan akut, heart arrhythmias, fluktuasi mendadak pada tekanan darah, gula darah tak terkendali, dehidrasi, dan bahkan serangan jantung serta pendarahan internal.
Yang membuat penyakit ini begitu sulit diakui, dan semakin sulit ditanggulangi, adalah bahwa tidak terdapat penyembuhan yang kemungkinan berhasil kecuali jika seseorang bisa menghindari paparan dari penyebabnya – dan penyebabnya sekarang ada di mana-mana. Sebuah survey tahun 1998 oleh California Department of Health Services mengindikasikan bahwa pada waktu itu 120.000 warga California – dan 1 juta rakyat Amerika – tak mampu bekerja gara-gara polusi elektromagnetik.[4] Barisan orang yang disebut sensitif listrik ini membengkak di hampir setiap negara di dunia, dimarjinalisasi, distigmatisasi, dan diabaikan. Dengan level radiasi di setiap tempat hari ini, mereka hampir tak pernah sembuh dan terkadang memakan korban nyawa.
“Mereka menjadi peringatan bagi kita semua,” kata Dr. Olle Johansson mengenai orang-orang berpenyakit ini. “Memapar seluruh populasi dunia dengan radiasi seluruh tubuh, 24 jam sehari, boleh jadi merupakan kekeliruan besar.” Dr. Johansson, seorang ilmuwan syaraf di Karolinska Institute, Stockholm, yang terkenal itu, memimpin sebuah tim riset yang mendokumentasikan pemburukan permanen dan signifikan atas kesehatan publik yang dimulai persis ketika ponsel 1800 MHz generasi kedua diperkenalkan di Swedia pada akhir 1997.[5][6] Setelah turun selama satu dekade, jumlah pekerja Swedia yang cuti sakit mulai meningkat pada akhir 1997 dan lebih dari dua kali lipat selama lima tahun berikutnya. Pada periode yang sama, penjualan obat anti-depresan juga meningkat dua kali lipat. Jumlah kecelakaan lalu lintas, setelah turun selama bertahun-tahun, mulai merangkak naik kembali pada 1997. Jumlah kematian akibat penyakit alzheimer, setelah turun selama beberapa tahun, meningkat tajam pada 1999 dan hampir dua kali lipat pada 2001. Kelambatan selama dua tahun ini bisa dimengerti bilamana seseorang memperhatikan bahwa penyakit alzheimer butuh waktu untuk berkembang.
Kita mungkin mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang tak beruntung yang menderita atas kemajuan yang berjalan – tapi pernahkah Anda mendengar tentang “canaries in the mines” (tanda bahaya-penj)? Mereka adalah orang pertama yang akan mati manakala akumulasi “gas tambang” yang berpotensi mematikan tapi tak terdeteksi mengancam nyawa penambang yang sedang bekerja di bawah tanah. Bagaimana jika 120.000 warga California itu dan 1 juta orang Amerika itu dan 10 juta orang di seluruh dunia ekuivalen maknanya dengan burung kenari di pertambangan? Bukankah kita mengabaikan keadaan buruk mereka sambil mempertaruhkan resiko kita sendiri?
Arthur Firstenberg, penderita [penyakit] yang oleh Rusia disebut “microwave sickness”, telah mengumpulkan fakta-fakta penting mengenai eksperimen biologis terbesar yang pernah ada ini, dalam sebuah artikel menarik yang dipublikasikan di Eldorado Sun.
Pada 2002, Gro Harlem Brundtland, kala itu pimpinan WHO, berkata kepada seorang jurnalis Norwegia bahwa ponsel dilarang di kantornya di Jenewa karena dia pribadi menjadi sakit apabila sebuah ponsel dibawa mendekat dalam radius 4 meter (13 kaki) dengan dirinya. Nyonya Brundtland adalah seorang dokter medis dan bekas Perdana Menteri Norwegia. Kabar sensasional ini, dipublikasikan 9 Maret 2002 di Dagbladet, diabaikan oleh surat kabar lain di seluruh dunia. Minggu berikutnya, Michael Repacholi, bawahannya dalam urusan Proyek EMF (electromagnetic field) Internasional, merespon dengan sebuah pernyataan publik yang menganggap kecil kerisauan bosnya. Lima bulan kemudian, atas alasan yang menurut dugaan banyak pihak terkait dengan keadaan ini, Nyonya Brundtland mengumumkan akan mengundurkan diri dari pos kepemimpinannya di WHO setelah sekali masa jabatan saja.
Tak ada yang lebih baik dalam mengilustrasikan schizophrenia kolektif kita ketika berpikir tentang radiasi elektromagnetik. Kita merespon mereka yang khawatir akan bahayanya – oleh sebab itulah ada Proyek EMF Internasional – tapi kita mengabaikan dan memarjinalisasi mereka, seperti Nyonya Brundtland, yang sudah benar-benar tidak tahan terhadap efeknya.
Sebagai konsultan mengenai efek kesehatan teknologi nirkabel, saya mendapat panggilan telepon yang secara umum bisa dibagi ke dalam dua kelompok utama: panggilan dari mereka yang khawatir belaka, yang akan saya sebut kelompok A, dan dari mereka yang sudah betul-betul sakit, yang akan saya sebut kelompok B. Saya terkadang berharap bisa mengadakan conference call besar dan mengajak kedua kelompok ini berbicara satu sama lain – perlu ada pemahaman yang lebih timbal-balik sehingga kita semua akan mencoba memecahkan masalah yang sama. Penelepon A, yang khawatir, umumnya bertanya pelindung jenis apa yang harus dibeli untuk ponselnya atau headset jenis apa yang harus dikenakan bersamanya. Terkadang ia ingin tahu berapa jarak yang aman dari menara ponsel. Penelepon B, yang sakit, ingin tahu pelindung jenis apa yang harus dipasang pada rumahnya, pengobatan medis seperti apa yang harus diperoleh, atau, semakin sering, pelosok negeri yang mana yang bisa ia pindahi untuk melarikan diri dari radiasi demi menyelamatkan hidupnya.
Yang berikut dirancang sebagai semacam permulaan: pertama, bantu setiap orang kurang lebih mencapai halaman yang sama, dan kedua, memecahkan beberapa kebingungan sehingga kita dapat membuat keputusan rasional menuju dunia yang lebih sehat.
Radio-wave Sickness
Organ-organ yang sudah terbukti rentan terhadap gelombang radio meliputi paru-paru, sistem syaraf, jantung, mata, testis, dan kelenjar tiroid. Penyakit yang telah bertambah luar biasa dalam beberapa dekade terakhir, dan ada alasan bagus untuk mengaitkan dengan peningkatan radiasi secara masif di lingkungan kita, meliputi asma, sulit tidur, perasaan gelisah, attention deficit disorder, autisme, multiple sclerosis, ALS, alzheimer, epilepsi, fibromyalgia, sindrom keletihan kronis, katarak, hypothyroidism, diabetes, malignant melanoma (tumor kulit menular), kanker testis, serangan jantung, dan stroke pada kalangan muda. Radiasi dari menara gelombang mikro juga diasosiasikan dengan kematian satu per satu pohon hutan, kegagalan reproduksi dan penurunan populasi banyak spesies burung, dan kesehatan yang buruk dan cacat lahir pada hewan-hewan ternak. Literatur yang menunjukkan efek biologis radiasi gelombang mikro betul-betul banyak, mencapai puluhan ribu dokumen, dan saya heran para juru bicara industri berlepas diri dengan mengatakan bahwa teknologi nirkabel telah terbukti aman atau – menggelikan – tak ada bukti bahaya.
Saya telah melewatkankan satu penyakit dari daftar di atas: penyakit yang diderita Penelepon B dan juga saya. Sejarah singkat layak diceritakan di sini. Pada 1950-an dan 1960-an, para pekerja yang membangun, mengujicoba, dan memperbaiki peralatan radar mulai menderita penyakit ini, dalam jumlah besar. Begitu pula operator heater dan sealer gelombang mikro industri. Uni Soviet menyebutnya, memang pantas, radio wave sickness, dan mempelajarinya secara luas. Di Barat, eksistensinya disangkal sama sekali, tapi bagaimanapun para pekerja mulai mengidapnya. Pada 1981 diadakan rapat dengar pendapat saksi di kongres, dipimpin oleh Al Gore yang kala itu anggota Majelis Rendah, mengenai efek kesehatan heater dan sealer radio-frequency, episode lainnya dalam “Lihat, kami sedang melakukan sesuatu terkait hal ini”, meski tak ada yang dperbuat.
Hari ini, dengan perkembangbiakan masal transmiter pribadi dan menara radio, penyakit tersebut telah menyebar ke populasi umum seperti wabah. Estimasi privalensinya (kemerataannya) mencapai sampai 1/3 populasi, tapi jarang diakui hingga ia melumpuhkan seseorang sehingga tak bisa lagi berpartisipasi dalam masyarakat. Anda mungkin mengenali beberapa gejala umumnya: insomnia, pening, mual, sakit kepala, lelah, hilang ingatan, sulit konsentrasi, depresi, sesak dada, telinga mendenging. Pasien juga mungkin mengalami masalah medis seperti infeksi pernafasan akut, heart arrhythmias, fluktuasi mendadak pada tekanan darah, gula darah tak terkendali, dehidrasi, dan bahkan serangan jantung serta pendarahan internal.
Yang membuat penyakit ini begitu sulit diakui, dan semakin sulit ditanggulangi, adalah bahwa tidak terdapat penyembuhan yang kemungkinan berhasil kecuali jika seseorang bisa menghindari paparan dari penyebabnya – dan penyebabnya sekarang ada di mana-mana. Sebuah survey tahun 1998 oleh California Department of Health Services mengindikasikan bahwa pada waktu itu 120.000 warga California – dan 1 juta rakyat Amerika – tak mampu bekerja gara-gara polusi elektromagnetik.[4] Barisan orang yang disebut sensitif listrik ini membengkak di hampir setiap negara di dunia, dimarjinalisasi, distigmatisasi, dan diabaikan. Dengan level radiasi di setiap tempat hari ini, mereka hampir tak pernah sembuh dan terkadang memakan korban nyawa.
“Mereka menjadi peringatan bagi kita semua,” kata Dr. Olle Johansson mengenai orang-orang berpenyakit ini. “Memapar seluruh populasi dunia dengan radiasi seluruh tubuh, 24 jam sehari, boleh jadi merupakan kekeliruan besar.” Dr. Johansson, seorang ilmuwan syaraf di Karolinska Institute, Stockholm, yang terkenal itu, memimpin sebuah tim riset yang mendokumentasikan pemburukan permanen dan signifikan atas kesehatan publik yang dimulai persis ketika ponsel 1800 MHz generasi kedua diperkenalkan di Swedia pada akhir 1997.[5][6] Setelah turun selama satu dekade, jumlah pekerja Swedia yang cuti sakit mulai meningkat pada akhir 1997 dan lebih dari dua kali lipat selama lima tahun berikutnya. Pada periode yang sama, penjualan obat anti-depresan juga meningkat dua kali lipat. Jumlah kecelakaan lalu lintas, setelah turun selama bertahun-tahun, mulai merangkak naik kembali pada 1997. Jumlah kematian akibat penyakit alzheimer, setelah turun selama beberapa tahun, meningkat tajam pada 1999 dan hampir dua kali lipat pada 2001. Kelambatan selama dua tahun ini bisa dimengerti bilamana seseorang memperhatikan bahwa penyakit alzheimer butuh waktu untuk berkembang.
Jika ponsel dan menara ponsel memang mematikan, apakah menara radio dan TV yang telah hidup bersama kita selama seabad aman? Pada 2002, Örjan Hallberg dan Olle Johansson menulis sebuah paper berjudu “Cancer Trends During the 20th Century”, yang menyelidiki satu aspek pertanyaan tersebut.[7] Mereka menemukan, di AS, Swedia, dan lusinan negara lain, bahwa tingkat kematian pengidap kanker kulit (skin melanoma), kandung kemih, prostat, usus besar, payudara, dan paru-paru sejajar erat dengan derajat pemaparan publik oleh gelombang radio selama ratusan tahun belakangan. Ketika siaran radio meningkat di lokasi tertentu, bentuk-bentuk kanker ini ikut bertambah; ketika menurun, bentuk kanker ini ikut berkurang. Dan, sebuah temuan sensasional: di setiap negara – dan setiap kabupaten di Swedia – mereka menemukan, scara statistik, bahwa paparan gelombang radio tampil menjadi faktor yang sama besarnya dengan merokok sebagai penyebab kanker paru-paru!
Ini mendorong saya menangani miskonsepsi yang tersebar luas. Perbedaan terbesar antara menara ponsel sekarang dengan menara radio masa silam bukanlah keamanannya, tapi jumlahnya. Jumlah stasiun radio biasa di AS sekarang ini masih kurang dari 14.000. Tapi jumlah menara ponsel dan Wi-Fi mencapai ratusan ribu, dan ponsel, komputer nirkabel, telepon cordless, dan radio dua arah mencapai ratusan juta. Fasilitas radar dan jaringan komunikasi darurat juga berkembang biak tak terkendali. Sejak 1978, ketika Environmental Protection Agency terakhir kali mensurvey lingkungan frekuensi radio di AS, rata-rata pemaparan penduduk urban oleh gelombang radio meningkat 1.000 kali lipat, sebagian besar peningkatan ini terjadi dalam 9 tahun terakhir saja.[8] Dalam periode yang sama, polusi radio telah menyebar dari kota ke tempat lain seperti kabut yang menyebar ke seluruh pelosok planet ini.
Konsekuensi besar terhadap manusia dari semua ini tengah diabaikan. Sejak akhir 1990-an, seluruh golongan baru pengungsi lingkungan telah dihasilkan di sini di AS. Kami menjumpai semakin banyak orang yang sakit, mati, mencari pertolongan atas penderitaan kami, meninggalkan rumah kami dan lingkungan kami, tinggal di mobil, trailer, dan tenda di tempat-tempat terpencil. Tak seperti korban badai dan gempa bumi, kami tidak mendapat upaya pertolongan. Tak ada yang mendonasikan uang untuk membantu kami, untuk membelikan kami tempat pengungsian yang terlindungi; tak ada yang bersukarela menghentikan penggunaan ponsel, komputer nirkabel, dan telepon cordless sehingga kami dapat sekali lagi menjadi tetangga mereka dan hidup di antara mereka.
Yang khawatir dan yang sakit belum saling membuka hati, tapi mereka mengajukan pertanyaan. Untuk menjawab Penelepon A: Tak ada pelindung atau headset yang akan melindungi Anda dari ponsel atau telepon portabel. Tak ada jarak aman dari menara ponsel. Bila ponsel Anda atau komputer nirkabel Anda berfungsi di tempat Anda berada, Anda sedang diradiasi 24 jam sehari.
Untuk Penelepon B: Melindungi rumah adalah sulit dan jarang berhasil. Hanya ada segelintir dokter di AS yang berupaya mengobati radio wave sickness, dan tingkat keberhasilan mereka rendah – sebab hanya ada sedikit tempat yang tersisa di Bumi di mana seseorang dapat pergi untuk melepaskan diri dari radiasi ini dan memulihkan diri.
Ya, radiasi dimulai dari satelit, pula; mereka adalah bagian dari masalah, bukan solusi. Sederhananya, tak mungkin membuat teknologi nirkabel aman.
Masyarakat kita telah menjadi tergantung secara sosial dan ekonomi, dalam satu dekade yang singkat saja, kepada sebuah teknologi yang tengah berbuat kerusakan besar pada struktur dunia kita. Semakin berurat akar kita membiarkan diri kita terlibat di dalamnya, semakin sulit kita mengubah arah hidup kita. Sekarang adalah waktunya untuk melepaskan diri kita, baik secara individu maupun kolektif – meski sudah sulit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar