Virus Flu Paling Mematikan di Dunia Dibuat di AS?


Dalam versi terbaru “seni mendahului realita”, Hollywood memprediksikan berjangkitnya virus yang mengharuskan karantina sebuah kota di Amerika dalam film tahun 1995, Outbreak, dibintangi Dustin Hoffman. Dalam film itu, virus berasal dari seekor monyet yang diselundupkan dari Zaire. Film itu membahas kemungkinan lebih besar berjangkitnya virus seperti Ebola dibanding virus influenza H5N1 yang menyeramkan yang kini sedang membawa dunia ke dalam cengkeraman histeria. Meskipun begitu, Outbreak membahas mutasi virus, yang menjadikannya lebih cocok untuk ancaman virus terbaru masa kini – virus influenza yang bermutasi, mungkin dari flu burung.



Dunia sedang diperingatkan bahwa virus flu mungkin bisa bermutasi setiap saat dan membuat planet ini tak berdaya menghadapi penyebarannya. Rakyat Amerika tak perlu menunggu sebuah virus flu bermutasi. Spesialis-spesialis penyakit menular, yang bekerja di laboratorium setengah-aman di sebuah universitas Midwestern, sudah melakukannya mendahului alam. Para periset Amerika ini mendapatkan partikel-partikel virus dari virus flu H5N1 Spanyol, yang telah membunuh jutaan orang di seluruh dunia, dan mengganti salah satu dari 10 gen-nya, menjadikannya jauh lebih berbahaya dan mematikan daripada virus influenza di alam. Ide awalnya adalah untuk mencari cara bagaimana membuat vaksin guna melawannya. Tapi ide tersebut, sekalipun virus semacam itu eksis, membuat sebagian besar orang menggigil.

Bila Anda ingin tahu lokasi virus yang bermutasi ini (teroris biologis potensial bisa memecahkan ini dengan menggunakan jasa pemetaan dan mencari eksperimen ini), kami sengaja memperkecil ukuran dan mengaburkan peta lokasinya.

Virus influenza super yang bermutasi dan tidak bisa ditanggulangi oleh sistem imun rakyat Amerika tersebut terdapat di laboratorium universitas Midwestern ini.


Setengah aman
Majalah New Scientist mencatat bahwa lab di mana virus flu super itu berada mempunyai level biosekuriti (BLS) lebih rendah dibanding beberapa lab lain yang mempunyai potensi level pencegahan tertinggi. Level tertinggi adalah BSL-4. Lab yang dipertanyakan itu mempunyai level BSL-3Ag, atau 3-plus. Perbedaan utama antara BSL-4 dan BSL-3Ag adalah kurang kerasnya tindakan pencegahan yang menjamin para pekerja tidak akan tertular: sementara BSL-4 mengharuskan pemakaian setelan yang menutup tubuh secara penuh, mereka yang bekerja di lab-lab BSL-3Ag umumnya mengenakan setengah setelan. Majalah New Scientist mencatat bahwa “perjangkitan virus SARS di Asia baru-baru ini adalah dari lab BSL-3Ag.”

Bagaimana jika salah seorang pekerja lab membawa serta virus itu secara tak sengaja saat pulang ke rumah? Populasi manusia di dunia akan tersapu bersih. Seorang spesialis penyakit menular di lab di mana virus super itu berada mengatakan: “Jika H5N1 menyebar pada skala masif, itu akan mendatangkan malapetaka. Itu akan membebani sistem perawatan kesehatan di hampir setiap negara….akan menjadi wabah besar.” Saya menahan nafas. Saya terguncang oleh kemungkinan tersebut. Jelas ada bahaya yang lebih besar jika virus super ini lepas dari laboratorium dibanding mutasi dan penyebaran ke seluruh dunia.

Mempertinggi kepanikan
Sepertinya seseorang sedang berusaha mempertinggi kepanikan seputar prediksi epidemi influenza. Periset di Universitas Hokkaido, Jepang, mulai bertanya-tanya bagaimana burung-burung di dekat peternakan terkena flu burung. Mereka memeriksa susunan genetik virus itu dan ternyata “sangat mirip dengan susunan genetik virus flu burung yang ditemukan di Amerika Selatan, terlalu jauh untuk dibawa oleh burung migrasi ke Jepang.” Ini membuat para penyelidik menduga bahwa seseorang membawa vaksin ke Jepang dan menyuntikkannya ke beberapa burung, menulari binatang-binatang di sekitarnya [Japan Times 3 September 2005]. Kemunculan misterius avian flu pada burung-burung di seluruh dunia bisa dijelaskan oleh vaksin avian yang terkontaminasi!

Masih belum ada penjelasan mengenai virus influenza manusia yang bermutasi yang ditemukan pada seekor babi di Korea Selatan. Seseorang sengaja memasukkan virus manusia ini ke dalam hewan tersebut. (Untuk lebih jelas tentang ini, lihat laporan sebelumnya yang berjudul Influenza Intrigue di arsip LR.) Jika menulari manusia, hal itu akan memperjelas bahwa virus tersebut “melompat” dari hewan ke manusia.

Menyimpang jauh dari bidang keahliannya, Charlene Porter dari Washington File, sebuah terbitan Bureau of International Information Programs Departemen Luar Negeri AS, menulis bahwa sebuah spesies virus flu yang dahulu dianggap unik pada kuda kini telah menulari anjing dan dapat melompat dari hewan ke manusia [30 September 2005]. Mengerikan, kita mungkin akan mengurangi sebagian populasi anjing peliharaan di Amerika sebagaimana burung di Asia. Sebaiknya saya menyembunyikan Fido. Kurang lebih terdapat 50 juta anjing peliharaan di AS. Ini adalah propaganda dan media berita telah mencetaknya ulang secara luas tanpa mempertanyakan. Orkes teror sedang datang dari semua penjuru pemerintahan.

Julie Gerberding, kepala Centers for Disease Control, mengatakan bahwa lembaganya siap untuk kemungkinan pandemi tahun depan [Associated Press, 22 Februari 2005]. Otoritas kesehatan publik dan politisi begitu percaya pada ketidak-terelakkan pandemi flu, seakan-akan tak ada cara untuk mencegah ini.
Quote:
Berikut adalah segmen lain dari naskah film Oubreak:

May. Casey Schuler: Saya benci virus ini.

Letkol. Sam Daniels: Ayolah, Casey. Kau pasti suka kesederhanaannya. Ukurannya semiliar kali lebih kecil dair kita, dan ia dapat mengalahkan kita.

May. Casey Schuler: Lantas, apa yang hendak kau lakukan, membawanya makan malam?

LetKol. Sam Daniels: Tidak.

May. Casey Schuler: Kalau begitu apa?

LetKol. Sam Daniels: membunuhnya.
Masalahnya adalah, virus tersebut sedang disembunyikan oleh orang-orang tertentu. Untuk membunuh virus itu, seperti membunuh burung yang tertular, Anda harus menyapu bersih semuanya. Itulah yang dipertimbangkan oleh film ini. Petugas militer dalam film ini berencana menggunakan bom fuel-air untuk menyapu bersih kota yang tertular. Film tersebut tentu saja mengeset skenario ini. Publik Amerika yang ketakutan berharap kepada pejabat federal, bukannya pejabat lokal, untuk menyelamatkan dunia. Adakah cara yang lebih baik untuk mengumumkan marshal law sambil memperoleh persetujuan masyarakat?

Hanya terapi tak efektif yang ditawarkan
Perhatikan bagaimana otoritas kesehatan publik hanya menyodorkan vaksin, yang suplainya kurang, yang seringkali tidak bekerja karena tidak menangani strain spesifik virus yang beredar, dan yang kini mampu dilawan oleh virus. Sebuah vaksin flu, flu mist, sebenarnya menggunakan virus flu hidup yang dapat menyebar dari vaksin ke keluarga, teman, atau rekan kerja. Atau mereka menawarkan obat anti flu yang sudah bisa dilawan oleh virus flu dan juga suplainya kurang. (Catatan khusus: Menteri Pertahanan Donald Rumsfeld kemungkinan besar akan mendapat keuntungan dari pengumuman pemerintah atas pembelian Tamiflu, obat yang dikembangkan oleh Gilead Sciences ketika Rumsfeld menjadi presidennya, senilai $3 miliar. Dia dikabarkan memegang saham mayoritas di Gilead.)

Publik tak diberi opsi selain vaksin dan obat

Tidak ada upaya untuk meningkatkan imunitas alami, yang bisa dilakukan dengan [mengkonsumsi] sebanyak mungkin vitamin C, vitamin E, selenium, dan zinc. Selenium bahkan menghalangi mutasi yang menyebabkan sebagian besar kematian akibat flu [J American College Nutrition 20: 384–88S, 2001; FASEB Journal 15: 1846–48, 2001; Journal Nutrition 133: 1463–67S, 2003]. Sambucus simpsonii, nama tumbuhan untuk kapsul dan sirup elderberry (semacam murbei-penj), terdokumentasi dalam literatur medis sebagai obat flu yang efektif [J International Med Research 32:132–40, 2004; Israeli Medical Assoc Journal 4:919–22, 2002; European Cytokine Network 12:290–6, 2001; J Alternative Complement Medicine 1:361–9, 1995]. Dalam keadaan darurat, tidak ada satu virus pun yang mampu bertahan terhadap allicin, bahan aktif yang dihasilkan ketika sesiung segar bawang putih dilumatkan [Planta Medica 58:417–23, 1992].

Penutup
Council on Foreign Relations dalam laporan jurnal terbarunya mengatakan, jika pandemi global flu terjadi: “Dengan segera ekonomi global akan mati. Vaksin tidak berdampak terhadap jalannya virus di bulan-bulan pertama dan kemungkinan besar akan memainkan peran amat terbatas di seluruh dunia selama 12 hingga 18 bulan berikutnya. Dengan kapasitas produksi sekarang yang terbatas, itu berarti kurang dari 500 juta orang – sekitar 14 persen dari populasi dunia – akan divaksinasi dalam setahun pandemi.” [Foreign Affairs, Juli/Agustus 2005].

Apa mereka sedang membuat naskah film, ataukah ini realita?
Rinaldi S Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar